Friday, September 12, 2008

Fadhli Berteriak Ke Media Soal Rumah Terlantar

Rubrik: Serambi Nusa Edisi: 02/12/2007 11:29:05
Ratusan Rumah BRR Ditelantarkan

BLANGPIDIE- Ratusan rumah bantuan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh dan Nias
yang tersebar di seluruh kecamatan dalam Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) realisasi fisik
sangat minim. Proyek rumah bantuan di bawah kendali Manajemen Kontruksi 2 (MK 2), MK 1 dan
Regional IV itu hampir dapat dipastikan tidak rampung dikerjakan tahun ini.
Banyak rumah BRR yang terbengkalai atau ditelantar sangat mengewakan masyarakat penerima. Di antara sampai menangis ketika mengadu ke Kantor Asisten Manajer Perumahan dan Pemukiman (Asperkim) Abdya dan Falisator Kecamatan (FK) setempat.
Dilaporkan, beberapa warga penerima rumah bantuan di Kecamatan Kuala Batee nekad membuat
dinding darurat dari plastik lantaran pihak kontraktor tidak memasang batu bata. Malahan,
sejumlah rumah setelah selesai bangunan pondasi, ditelantarkan kontraktor sehingga lokasi sudah ditutupi rumput.
Hasil investigasi Serambi selama dua hari, Jumat (30/11) dan Sabtu (1/12) cukup banyak rumah
bantuan belum rampung dikerjakan rekanan. Rumah rumah yang dibangun dengan lokasi menyebar sebagian hanya selesai pemasangan atap, tapi belum dipasang dinding dari batu bata. Banyak pula rumah yang hanya selesai dipasang atap bagian depan saja, sementara bagian belakang masih tampak rangka, kosong melompong, dan tidak sedikit pula rumah belum dipasang pintu dan jendela.
Kasus seperti itu banyak ditemukan terutama di Kecamatan Kuala Batee dan Manggeng. Kemudian beberapa rumah di Kecamatan Susoh, Blangpidie, Tangan Tangan dan Babahrot. Warga penerima yang sebelumnya berbunga bunga setelah terdaftar sebagai penerima, kemudian sudah sekilan lama riumah tak selesai. Seperti dialami janda Ny Saren warga Desa Panto Cut Kuala Batee yang memelihara beberapa anak yatim terpaksa membuat dinding rumah ala kadar dari plastik agar dapat ditempati lantaran kontraktor belum memasang dinding dari batu bata.
Kemudian banyak rumah di Kuala Batee ditelantarkan kontraktor setelah selesai pondasi antara
lain rumah Suriati dan Nasrudin warga Pasar Kota Bahagia dan Bukhari, warga Desa Padang Sikabu.
Kasus serupa juga dilaporkan terjadi di Kecamatan Manggeng dan kecamatan lainnya.
Banyak rumah bantuan BRR di Abdya yang bermasalah, dimana realisasi fisik sangat rendah
dibandingkan realiasi keuangan, menurut sumber disebab kontraktor berhasil mengelabui Penjabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Satuan Kerja (Satker) ketika melakukan pencarian dana.
Modus yang dilakukan, kontraktor memasang atap bagian depan saja, kemudian foto dan pintu dan jendela dibuka kembali setelah diambil foto sebagai laporan pencairan dana.
Masalah lain, konsultan pengawas tidak profesional, malah diduga keras kongkalingkong dengan
rekanan sehingga cukup banyak rumah yang salah dari bestek atau mutunya sangat
mengecewakan. Seperti atap bocor, WC rusak dan daun pintu yang tidak bisa ditutup serta tiang
rumah tampak miring. Masalah lain, rekanan pelaksana telah melakukan sub pekerjaan kepada
rekanan lain secara berlapis sehingga tidak diketahui lagi siapa yang sebenarnya yang mengerjakan proyek rumah bantuan yang berselemak masalah itu.

Menangis
Asisten Menajer Asperkim Abdya, Fadli Ali dihubungi Serambi, Sabtu (1/12) menjelaskan, rumah
bantuan BRR yang dibangun dengan lokasi menyebar di Abdya berjumlah hampir seribu unit. Di
bawah kendali MK1 berjumlah 416 unit, MK 2 sebanyak 448 unit, dan di bawah kendali Regional IV (yang telah dibubarkan) berjumlah 152 unit terdiri tahap I, II dan III.
Proyek rumah bantuan itu dikerjakan sejumlah rekanan, antara lain CV Mulieng Indah membangun 100 rumah di Kecamatan Kuala Batee, sebilan unit diantaranya di Desa Pulau Kayu, Susoh. CV Bripo membangun 100 unit rumah di lokasi tersebar di Kecamatan Manggeng, CV Cot Bak Nga membangun 70 unit rumah di lokasi Kecamatan Babahrot dan CV Dwi Cipta membangun 65 unit rumah di kawasan Tangan Tangan dan CV Mita Rezeki membangun rumah di Keamatan Susoh.
Realisasi fisik yang sangat rendah rumah yang ditangani rekanan CV Mulieng Indah di Kecamatan Kuala Batee rata rata di bawah 70 persen dan PT Bripo di Keamatan Manggeng paling paling baru
sekitar 70 persen. Sedangkan rumah lokasi lain sebagian ada yang tinggal finishing (penyelesaian). Fadli Ali mengaku banyak warga penerima bantuan mengadu kepada Kantor Asperkim dan FK kecamatan tentang banyak rumah yang terbengkalai, malah ada yang menangis ketika mengadu nasib mereka. Menanggapi pengaduan warga, menurut Fadli Ali, Asperkim tidak bisa memerintah kontraktor untuk memacu pekerjaan. Karena hal yang menyangkut teknis merupakan wewenang PPK atau Satker yang bisa memerintah rekanan. Sedangkan Asperkim hanya mendata penerima dan menetapkan lokasi pembangunan rumah bantuan tersebut.
Harapan Fadli Ali kepada rekanan dapat menyelesaikan rumah bantuan sehingga bisa dimanfaatkan warga yang sangat membutuhkan.

Ditulis yang baik saja
Sementara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK MK 2), Husni Ibrahim yang dihubungi Serambi melalui Hp pada Jumat malam (30/11) minta untuk tidak menulis namanya sebagai narasumber. Saya sudah lama menjadi pejabat, tapi saya tak mau komentar saya masuk dalam media massa, kata Husni yang mengaku kenal dengan banyak wartawan itu.
Husni minta wartawan untuk menulis yang baik baik saja. Kendati begitu, Husni sempat juga
menjawab pertanyaan Serambi, tapi diminta komentar itu untuk tidak ditulis. Menurut Husni,
kontraktor telah diperintah untuk memacu pekerjaan sehingga pihaknya optimis proyek
perumahan di bawah kendali MK 2 dapat selesai bulan Desember mendatang. Ketika ditanya
realisasi fisik masih minim, terutama rumah yang dibangun CV Mulieng Indah, Husni mengatakan,
kontraktor sudah membuat perjanjian untuk menuntaskan penyelesaian proyek pada Desember
mendatang. Sementara PPK MK 1, Saiful, tidak berhasil dihubungi. (nun)

No comments: