Friday, September 5, 2008

Aecost Mitra Petani Untuk Percepatan Pembangunan Kebun Rakyat

Serambi Nanggroe : Pertanian

21/07/2007 12:27 WIB

Perkebunan Rakyat Abdya Bupati Serahkan Lima Unit Beko

[ rubrik: Serambi Nanggroe | topik: Pertanian ]

PEMBUKAAN areal perkebunan rakyat dengan komoditi kelapa sawit dan cokelat dalam areal hutan Kecamatan Kuala Batee dan Babahrot yang diprogramkan Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Akmal Ibrahim SH tampaknya semakin serius. Selain mengalokasi anggaran pengadaan bibit dalam APBD 2007 Rp 4 miliar, kemudian pada Kamis (19/7) sore diserahkan 5 unit alat berat jenis back hoe kepada masing-masing ketua seuneubok.

Alat berat tersebut diserahkan bupati dan Ketua DPRK, H Said Syamsul Bahri dalam sebuah acara di Desa Lama Tuha, Kuala Batee. Lima unit alat berat yang disewa Pemkab Abdya itu diserahkan kepada Zulbaidi (Ketua Seuneubok Padang Bak Jok), Zulkifli (Ketua Seuneubok Ie Jeureneh) dan Jufri AS (Ketua Seuneubok Jasa Rakan), Desa Lama Tuha, Kuala Batee serta Irwan (Ketua Seunebok Suka Damai) dan Herman (Ketua Seuneubok Suka Ramai) Desa Alue Jerjak, Kecamatan Babahrot.

Bupati Akmal menjelaskan, alat berat tersebut digunakan untuk penggalian saluran pembuang dan pembuatan badan jalan dalam lokasi areal yang sudah dipersihkan oleh ribuan petani. Tanggungjawab pengelolaan alat berat tersebut diserahkan kepada ketua Seuneubok, dimana biaya operasional, seperti honor operator dan kebutuhan minyak ditanggung Pemkab Abdya.

Realisasi pembukaan aeal perkebunan sudah terbentuk 16 seuneubok masing-masing Blang Makmur, Mate Ie Cot Manggeng, Suak Raja Demet, Arongan Meusara, Barak Dua Kuala Surien, Padang Bak Jok, Ie Jeureneh, Jasa Rakan, Suka Damai, Suka Ramai, Rantoe Panyang, Krueng Ietam Leubok Raja, Dua Sekawan Simpang Gadeng, Barak Dua Ingin Jaya, Lhueng Giri dan Barak Dua Ingin Makmue. Ke-16 seuneubok tersebut berada dalam wilayah Kecamatan Kuala Batee dan Babahrot.

Kemudian ditambah satu seunebok cik Lhueng Manggi, Desa Lama Tuha, Kuala Batee. Masing-masing seuneubok memiliki 5 sampai 9 kelompok tani (KT) dan setiap kelompok punya memiliki luas areal 100 hektar (90 hektar untuk pembukaan lahan perkebunan dan 10 hektar dicadangkan untuk kepentingan sosial). Setiap kelompok tani terdatar 45 anggota dan masing-masing mendapat jatah lahan 2 hektar untuk ditanami kelapa sawit atau cokelat.

Untuk memfalitasi persiapan lahan bagi petani, Pemkab Abdya sudah menyerahkan kepada Aceh Ecotourism society (Aecost), Direktur, Imam Sahputra dan Advisor, Fadhli Ali SE. Dalam hal ini, Aecost telah bekerja memfalitasi persiapan lahan dan ribuan warga Abdya dari kecamatan-kecamatan sedang melakukan perbersihan lahan secara besar-besar dalam wilayah hutan yang membentang sejak Kuala Batee sampai Babahrot.

Petani penggarap yang telah terdaftar dalam 93 kolompok dan masing-masing kelompok punya 45 anggota maka jumlah petani mencapai 4.185 orang (93 x 45) sehingga luas areal garapan seluruhnya mencapai 8.370 hektar, suatu jumlah tidak sedikit untuk areal perkebunan rakyat.

Mempersiapkan lahan seluas itu, sedikitnya dibutuhkan 10 unit alat berat jenis back hoe untuk menggali saluran pembuang dan pembuatan badan jalan lokasi perkebunan. Dalam hal ini sebagaimana dijelaskan Advisor Aecost, Fadhli Ali, Pemkab Abdya akan menyewa 8 unit alat berat.

Dari jumlah tersebut 5 unit sudah diserahkan kepada Ketua Seuneubok pada hari Kamis (1/7) sore dalam acara kenduri potong kerbau di Jalan IDT, Desa Lama Tuha, dan 3 unit lagi segera menyusul. Sedangkan 2 unit alat berat lagi Bupati Akmal Ibrahim telah mengupayakan bantuan dari PMI Provinsi NAD. Pembukaan lahan perkebunan rakyat komoditi sawit dan cokelat dengan membuka hutan kawasan pesisir Kuala Batee dan Babahrot merupakan sebuah terobosan besar dan cukup berani dari Bupati Akmal Ibrahim. Dia bercita-cita rakyat Abdya tidak menjadi buruh di negeri sendiri, tapi harus bisa memiliki lahan perkebunan minimal 2 hektar/KK. Makanya, diapun mempersilakan masyarakat Abdya untuk mengambil lahan 2 hektar. Syaratnya sangat mudah hanya dengan menunjuk KTP sebagai warga Abdya.

Program yang tergolong fantastis ini melaju sangat cepat. Betapa tidak, dalam APBD 2007 sudah dialokasi anggaran pengadaan bibit sawit dan cokelat mencapai Rp 4 miliar. Kemudian masing-masing seuneubok sudah mendapat bantuan awal masing-masing Rp 5 juta untuk pembangunan pondok tempat istirahat atau musyawarah petani. Kemudian BRR NAD-Nias tahun 2008 mendatang telah memprogramkan bantuan 500 ribu batang bibit sawit untuk petani Abdya.

Jalan-jalan dalam lokasi perkebunan rakyat itu juga dibangun dan dalam kawasan tersebut telah disediakan lahan 100 hektar sebagai tempat praktek Politeknik Pertanian, disamping itu telah dipersiapkan pula lahan industri 100 hektar yang berada sekitar 1,5 km dari Pantai Samudra Hindia.

Kemudian setiap kelompok dengan luas areal 100 hektar, 10 hektar diantaranya dicadangkan untuk kebutuhan sosial. Artinya di kawasan belantara dengan rawa-rawa tersebut nantinya akan menjelma sebuah kecamatan baru dengan penduduk yang memiliki areal sawit dan cokelat.
Luar bisa.(nun)

No comments: