Sepenggal kisah dipenghujung masa tugas
Saat menyusun laporan akhir tahun 2007 ini kami harus membuka kembali dokumen lama berupa foto visual kegiatan pertemuan yang dilakukan dengan berbagai pihak terutama warga korban. Membuka kembali data beneficeries yang dari waktu ke waktu mengalami perubahan hingga bulan Mei 2007. File-file pengiriman data ke Direktorat Prakarsa Pembangunan Partisipatif (PPP) yang terkirim melalui email setiap bulan ternyata sangat membantu.
Membolak-balik dokumen lama memunculkan kenangan dan perasaan tersendiri, terutama ketika membuka foto-foto pertemuan warga yang waktu itu sering sekali dilakukan pada malam hari. Untuk memacu realisasi kegiatan pendataan dan verifikasi, siang hari digunakan untuk melakukan pendataan door to door yang mirip pekerjaan manteri statistik. Apalagi di Aceh Barat Daya kerusakan akibat dampak gempa jauh lebih dominan dari tsunami, kerusakan bangunan akan dapat secara persis diketahui dengan cara meneliti sampai ke dalam rumah. Karenanya berjalan kaki door to door menjadi kebiasaan yang lumrah dilakukan sampai berbulan-bulan. Jadi dalam situasi demikian pilihan waktu terbaik untuk pertemuan warga dilakukan pada malam hari.
Setelah lebih setahun mengerjakan kegiatan pendataan akhirnya kami dapat juga memiliki kantor dan fasilitas yang memadai. Masa “kantor diatas roda” pun berakhir. Fasilitas ini tidak saja memudahkan Asperkim tapi juga memudahkan warga korban dalam mendapatkan pelayanan seperti menyampaikan berkas permohonan dan mendapatkan informasi mengenai program pemberian bantuan perumahan pasca gempa dan tsunami. Sebelumnya, warung kopi, kaki lima atau mobil adalah kantor bagi Asperkim dalam melaksanakan tugasnya.
Mengenang “road map” yang sudah dilalui selama hampir dua tahun, menjadi staff di garis depan dalam pendataan beneficeries di kedeputian perumahan, ketika mendapat kabar mengenai cara pimpinan di BRR NAD-Nias mengapresiasi hasil pendataan yang dilakukan kami menjadi terhenyuh. Pendataan dikatakan berjalan "lamban". Menurut mereka pendataan adalah suatu pekerjaan yang sederhana.
Saat menyusun laporan akhir tahun 2007 ini kami harus membuka kembali dokumen lama berupa foto visual kegiatan pertemuan yang dilakukan dengan berbagai pihak terutama warga korban. Membuka kembali data beneficeries yang dari waktu ke waktu mengalami perubahan hingga bulan Mei 2007. File-file pengiriman data ke Direktorat Prakarsa Pembangunan Partisipatif (PPP) yang terkirim melalui email setiap bulan ternyata sangat membantu.
Membolak-balik dokumen lama memunculkan kenangan dan perasaan tersendiri, terutama ketika membuka foto-foto pertemuan warga yang waktu itu sering sekali dilakukan pada malam hari. Untuk memacu realisasi kegiatan pendataan dan verifikasi, siang hari digunakan untuk melakukan pendataan door to door yang mirip pekerjaan manteri statistik. Apalagi di Aceh Barat Daya kerusakan akibat dampak gempa jauh lebih dominan dari tsunami, kerusakan bangunan akan dapat secara persis diketahui dengan cara meneliti sampai ke dalam rumah. Karenanya berjalan kaki door to door menjadi kebiasaan yang lumrah dilakukan sampai berbulan-bulan. Jadi dalam situasi demikian pilihan waktu terbaik untuk pertemuan warga dilakukan pada malam hari.
Setelah lebih setahun mengerjakan kegiatan pendataan akhirnya kami dapat juga memiliki kantor dan fasilitas yang memadai. Masa “kantor diatas roda” pun berakhir. Fasilitas ini tidak saja memudahkan Asperkim tapi juga memudahkan warga korban dalam mendapatkan pelayanan seperti menyampaikan berkas permohonan dan mendapatkan informasi mengenai program pemberian bantuan perumahan pasca gempa dan tsunami. Sebelumnya, warung kopi, kaki lima atau mobil adalah kantor bagi Asperkim dalam melaksanakan tugasnya.
Mengenang “road map” yang sudah dilalui selama hampir dua tahun, menjadi staff di garis depan dalam pendataan beneficeries di kedeputian perumahan, ketika mendapat kabar mengenai cara pimpinan di BRR NAD-Nias mengapresiasi hasil pendataan yang dilakukan kami menjadi terhenyuh. Pendataan dikatakan berjalan "lamban". Menurut mereka pendataan adalah suatu pekerjaan yang sederhana.
Namun karena kami sadar bahwa pandangan seperti itu muncul karena pimpinan hanya memahami sebatas tugas asperkim pokok sebagaimana yang tertuang dalam dokumen kontrak. Sementara pernak pernik masalah dalam pendataan hingga mendapatkan data final hasil verifikasi ternyata amat banyak yang harus diatasi dan tidak sederhana. Bila pendataan untuk pemberian bantuan perumahan dipersepsikan layaknya pekerjaan menyusun data statistik maka dapat di mengerti apresiasi terhadap hasil kerja direktorat PPP rendah dan terkadang malah disudutkan sebagai sumber kelambanan pembangunan rumah korban.
Telah banyak peristiwa yang menggelitik sekaligus memprihatinkan sebagai memori dan catatan sejarah berkaitan dengan program pemberian bantuan dhuafa atau “korban” salah urus pembangunan, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (PER) maupun bantuan korban post konflik. Semua bermuara pada muncul masalah, protes dan demonstrasi dalam implimentasinya.
Mencermati dana bantuan yang berjumlah trilyunan dan jumlah unit bantuan perumahan yang disalurkan BRR untuk jumlah korban yang berjumlah ratusan ribu KK, maka kejadian demonstrasi, protes sekaligus hujatan yang dialamatkan kepada BRR masih kurang “kencang”. Padahal begitu banyak orang ingin memanfaatkan situasi untuk mendapatkan keuntungan langsung maupun tidak langsung. 1 (satu) unit rumah bantuan bernilai puluhan juta (60-an sampai 70-an juta) tentu membangkitkan hasrat mereka untuk memperoleh walaupun harus dilakukan dengan berbagaimacam tipu daya. Rusuh soal perumahan di BRR masih lebih rendah di banding peristiwa penyaluran dana kompensasi BBM yang hanya bernilai Rp 100.000 per KK. Begitu banyak demonstrasi dalam kasus itu dan banyak kepala desa yang dipukul dan rumahnya di datangi warga. Konon lagi dengan jumlah bantuan yang berjumlah puluhan juta yang disalurkan melalui program bantuan perumahan BRR NAD-Nias.
Sekalipun demikian tentu dalam proses pendataan yang dilakukan oleh Asperkim terdapat kelemahan dan kekurangan yang boleh jadi disebabkan adanya kelalaian maupun tuntutan keadaan dan situasi. Pemahaman terhadap konteks dan arus permasalahan psikologi sosial paska gempa/tsunami maupun konflik yang terjadi di Aceh yang lebih baik akan membantu untuk mendapatkan gambaran background wilayah jelajah terkait dengan pekerjaan pendataan yang dilakukan oleh Asperkim.
Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.
hasEML = false;
Telah banyak peristiwa yang menggelitik sekaligus memprihatinkan sebagai memori dan catatan sejarah berkaitan dengan program pemberian bantuan dhuafa atau “korban” salah urus pembangunan, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (PER) maupun bantuan korban post konflik. Semua bermuara pada muncul masalah, protes dan demonstrasi dalam implimentasinya.
Mencermati dana bantuan yang berjumlah trilyunan dan jumlah unit bantuan perumahan yang disalurkan BRR untuk jumlah korban yang berjumlah ratusan ribu KK, maka kejadian demonstrasi, protes sekaligus hujatan yang dialamatkan kepada BRR masih kurang “kencang”. Padahal begitu banyak orang ingin memanfaatkan situasi untuk mendapatkan keuntungan langsung maupun tidak langsung. 1 (satu) unit rumah bantuan bernilai puluhan juta (60-an sampai 70-an juta) tentu membangkitkan hasrat mereka untuk memperoleh walaupun harus dilakukan dengan berbagaimacam tipu daya. Rusuh soal perumahan di BRR masih lebih rendah di banding peristiwa penyaluran dana kompensasi BBM yang hanya bernilai Rp 100.000 per KK. Begitu banyak demonstrasi dalam kasus itu dan banyak kepala desa yang dipukul dan rumahnya di datangi warga. Konon lagi dengan jumlah bantuan yang berjumlah puluhan juta yang disalurkan melalui program bantuan perumahan BRR NAD-Nias.
Sekalipun demikian tentu dalam proses pendataan yang dilakukan oleh Asperkim terdapat kelemahan dan kekurangan yang boleh jadi disebabkan adanya kelalaian maupun tuntutan keadaan dan situasi. Pemahaman terhadap konteks dan arus permasalahan psikologi sosial paska gempa/tsunami maupun konflik yang terjadi di Aceh yang lebih baik akan membantu untuk mendapatkan gambaran background wilayah jelajah terkait dengan pekerjaan pendataan yang dilakukan oleh Asperkim.
Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.
hasEML = false;